PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.[1] Pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai sumber daya pembangunan dan menjadi titik sentral pembangunan. Pendidikan dan kemajuan bangsa bagaikan dua sisi mata uang. Keberadaannya saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Karena itulah, kemajuan sebuah bangsa, sejatinya tidak pernah lepas dari peranan pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan nasional akhir-akhir ini sering dibicarakan, baik melalui media masa maupun tulisan-tulisan ilmiah, yang mengungkapkan masalah masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya rata-rata prestasi belajar siswa.[2] Masalah lain dalam pendidikan di Indonesia yang juga banyak diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar siswa.[3]
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada ......................bahwa proses belajar mengajar di sekolah ini khususnya pada mata pelajaran IPA (fisika) berlangsung selama 2 jam pelajaran serta masih menggunakan pendekatan konvensional, sehingga kurang menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran serta kurang memperhatikan ketuntasan siswa secara individual. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa, khususnya bagi siswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah. Mata pelajaran fisika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru fisika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika ...................... nilai rata-rata mata pelajaran fisika di kelas VII semester I tahun ajaran 2010/2011 masih menunjukkan hasil yang belum memuaskan yaitu sebesar 55, sedangkan standar ketuntasan mata pelajaran fisika yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 65. Nilai ini menunjukkan hasil belajar fisika siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Pendekatan dalam pembelajaran banyak variasi. Salah satunya pendekatan belajar tuntas (Mastery Learning). Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas.[4] Pembelajaran tuntas merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas ketuntasan belajar siswa secara individual, bukan perkelas.[5]
Strategi pembelajaran tuntas memiliki keuntungan sebagai berikut: 1) siswa dengan mudah dapat menguasai isi pembelajaran, 2) meningkatkan motivasi belajar siswa, 3) Meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah secara mandiri, 4) Meningkatkan kepercayaan diri siswa.[6]
Pembelajaran tuntas dapat diterapkan dengan berbagai metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada disekolah serta pada semua mata pelajaran dan pokok bahasan. Salah satunya adalah pokok bahasan besaran dan satuan.
Peneliti memilih Materi pokok besaran dan satuan karena materi ini berisi fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari walaupun masalah tersebut bersifat sederhana. Materi besaran dan satuan merupakan konsep yang berisi pemahaman tentang besaran-besaran beserta satuannya, jenis-jenis alat ukur besaran panjang, massa dan waktu. Selain itu materi ini juga tidak terlalu banyak menggunakan rumus-rumus yang memerlukan pengetahuan matematika yang tinggi.
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas, maka peneliti melakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan melaksanakan penelitian dengan judul: “Penerapan Pendekatan Belajar Tuntas (Mastery Learning) Pada Materi Pokok Besaran dan Satuan di Kelas VII semester I ...................... Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dibuatlah perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas pada materi pokok besaran dan satuan ?
2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan pendekatan belajar tuntas pada materi pokok besaran dan satuan ?
3. Bagaimana respon siswa setelah penerapan pendekatan belajar tuntas pada materi pokok besaran dan satuan di kelas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui pengelolaan pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas pada materi pokok besaran dan satuan ?
2. Mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah penerapan pendekatan belajar tuntas pada materi pokok besaran dan satuan di kelas?
3. Mengetahui respon siswa setelah penerapan pendekatan belajar tuntas pada materi pokok besaran dan satuan di kelas?
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi bagi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Fisika.
2. Untuk memberikan informasi atau masukan bagi guru fisika, tentang cara atau alternatif baru dalam penggunaan strategi pembelajaran fisika yaitu pendekatan belajar tuntas (Mastery Learning).
[2] http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d055_0608472_chapter1.pdf /14 April 2011
[3] http://etd.eprints.ums.ac.id/3259/1/A410020040.pdf/ 1 April 2011
[4] Kunandar, Guru Profesional implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Suksen dalam sertifikasi guru,Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007, h . 328
[5]http://abstrak.digilib.upi.edu/Direktori/SKRIPSI/FPMIPA/PEND.%20ILMU%20KOMPUTER/0608472%20MENGEMBANGKAN%20MULTIMEDI%20PEMB%20INTERAKTIF%20PD%20MATA%20PEL%20KET%20KOMPUTER%20%26%20PENGELOLAAN%20INFORMASI%20BERBASIS%20SISTEM%20PENDUKUNG%20KEPUTUSAN%20MENGGUNAKAN%20METODE%20PROMETHEE/4.%20Bab_II.pdf/13 April 2011
[6] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 185.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar